Bagaimana Etika saat mengijinkan Anak Tidak masuk Sekolah?

surat izin tidak masuk sekolah sakit

Pernah mengalami anak tidak masuk sekolah dan perlu ijin izin? Kejadian yang tidak diharapkan, namun propabilitas ini ada dan bisa dialami oleh siapapun. Meskipun tidak diharapkan kejadian ini mungkin terjadi selama anak bersekolah. Banyak alasan atau kejadian yang memungkinkan terjadi pada kondisi seperti : sakit, ada keluarga meninggal, acara keluarga yang tidak bisa ditinggalkan serta kejadian-kejadian lain yang memang tidak terduga.

Bagaimana ya etika saat mengijinkan Anak Tidak masuk Sekolah? Jawaban singkatnya mengijikan anak tidak masuk sekolah sebaiknya tetap menggunakan surat tertulis dan disampaikan Kepada Guru Kelas. Lho kan sudah ada Pesan singkat seperti WA, semua bisa instan dan cepat, mengapa demikian? Jika menurut saya sebagai orang tua siswa, ini sebagai bentuk penghormatan dan keseriusan terhadap proses pendidikan anak kita. Misalkan jika saya sebagai guru pasti juga akan lebih senang jika ada ijin secara langsung, sebagai bagian dari budaya kita meskipun memang jaman sudah paperless (semua bisa tanpa kertas).

Baca juga : Surat Izin Tidak Masuk Sekolah: Pentingnya Komunikasi Antara Orang Tua, Siswa, dan Sekolah

Sudah Ada Group WA atau bisa kirim WA?

Disekolah biasanya da Group Kelas yang berisi orang tua dan juga guru/wali kelas. Sering menjumpai postingan ijin yang disampaikan di group WA. Apakah ini salah, tentu tidak komunikasi juga penting hanya saja hal izin itu kan lebih komunikasi dari siswa/orang tua ke guru/wali kelas. Sementara untuk ke Publik dalam 1 kelas ini hanya berupa informasi saja (untuk diketahui).

Jika pemberitahuan izin memang sebaiknya disampaikan secara personal ke pengampu kelas, dalam hal ini wali Kelas secara langsung. Perbertahuan awal ini memang penting terutama untuk ijin yang sifatnya mendesak dan tidak bisa diperkirakan. Surat resmi selajutnya disusulkan dan disampaikan kemudian pada hari H jika memungkinkan atau hari berikutnya.

Izin Sekolah Jaman Dulu

Ijin pada sekolah jaman saya dulu, saya dibuatkan surat ijin oleh orang tua saya secara tertulis dengan bubukan nama dan tanda tangan orang tua (ayah saya). Kapan disampaikan, disampaikan waktu itu juga jika memungkinkan atau nitip teman / tetangga yang kebetulan 1 sekolah. Isi suratnya apa? Tidak ada format baru dalam penulisan surat Ijin yang jelas memuat : Nama, Kelas, Tanggal ijin, Alasan serta dibubuhi tanda tangan Orang tua / Wali siswa tambahkan lampiran jika diperlukan. Ditulisa tangan saja, lebih cepat mungkin tidak sampai 5 menit. Jangan lupa dikasih dalam Amplop dan berikan alamat : Kepada (wali Kelas).

Di zaman Zonasi Sekolah seperti sekarang sepertinya hal ini masih mungkin dilakukan, masih banyak teman sekolah yang juga tetangga kita (pada sekolah negeri). Beda halnya jika sekolah luar Negeri (Swasta) mungkin teman yang satu sekolah yang sama beda jauh.

Izin, Sakit atau Alpa?

Ya jelas pasti akan bagus izin, apapun alasannya jika memang tidak masuk/terlambat lama Izinkan saja. Izin akan menjadi catatan bagi guru untuk proses pendidikan dan pelaporan nantinya. Jika ada alpa akan jadi tanya tanya, beberapa sekolah memberikan catatan khusus bagi siswa yang alpa (tidak masuk tanpa keterangan).

Saya kutip dari web (sditalhikmahbintara.wordpress.com) terdapat tiga kategori umum yang biasa ada di sekolah di Indonesia yaitu S (Sakit), I (Izin), dan A (Alpa). Tanda-tanda ini yaitu :

  • “S” dicantumkan di daftar nama siswa yang tidak masuk karena menderita sakit, baik dengan disertai surat dokter atau tidak.
  • “I” dicantumkan di daftar nama siswa yang tidak masuk karena orangtua/walinya memintakan izin untuk suatu keperluan yang bukan akibat sakit.
  • “A” dicantumkan di daftar nama siswa yang tidak masuk tanpa ada keterangan sama sekali.

Orang tua dan Guru Milenial

Karakteristik Milenial (orang-orang yang lahir antara tahun 1980 hingga tahun 1990 atau 2000) berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun, generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Semua bisa saja akrab dalam komunikasi melalui media digital. Namun anak kita di kelas tetap menggunakan tatap muka dan komunikasi secara langsung dengan Guru (milenial) di kelas. Jadi untuk hal-hal tertentu tulisan secara fisik atau sapaan yang disampaikan secara langsung juga diperlukan.

editor1: