Kemarin pas lagi muter-muter mencari sarapan pagi bareng ma Ibnu kecil di sekitar Kampus-ku, pingin cari “jalur yang lain”. Oya, Kampusku bernama UNWAMA berlokasi di Kemusuk (Desa-nya Pak Suharto) di Barat Jogja 10 km. Biasanya rutenya ke Utara (ke arah Nulis/Godean) pas kemarin nyoba ke Selatan, yaitu ke Pedes.
Pedes adalah nama Desa, dulu waktu Masih jadi Mahasiswa saya pernah tinggal kost di sana (Kost Eternity / Rumah Alm.Pak Kalam). Itu sekitar tahun 1997 – 2002. Sebenranya banyak cerita waktu jadi “anak kost” cuma bukan banyak cerita yang akan saya sampaiakan, cuma sebuah cerita saja.
Sekitar tahun 1997 – 2000 dulu masih sering jajan sarapan di Warung Mbah To (Namanya), tidak hanya saya banyak juga teman” anak koas lain yang sarapan disana. Tak lain dan tak bukan ya karena murah dan enak (cukup buat nganjal perut). Satu nasi bungkus dan sayur (layaknya Sego Kucing) namun lebih banyak sedikit cuma Rp 500,- saja mau gorengan ada tempe dan bakwan cuma Rp 200,-.
Mbah To seh sudah tua, mungkin klu dilihat usianya saat ini sudah lebih dari 80 th tetapi tetap sehat dan sepertinya jarang sakit. Waktu dulu masih sering lewat depan warung/rumahnya hampir bisa dikatakana jarang sekali ada istilah “Tutup”.
Rumah yang dia pakai sekaligus untuk warung, tidak besar wong cuma sekitar 3×6 meteran berada di samping Pos Ronda Pedes.
Pedes adalah nama Desa, dulu waktu Masih jadi Mahasiswa saya pernah tinggal kost di sana (Kost Eternity / Rumah Alm.Pak Kalam). Itu sekitar tahun 1997 – 2002. Sebenranya banyak cerita waktu jadi “anak kost” cuma bukan banyak cerita yang akan saya sampaiakan, cuma sebuah cerita saja.
Sekitar tahun 1997 – 2000 dulu masih sering jajan sarapan di Warung Mbah To (Namanya), tidak hanya saya banyak juga teman” anak koas lain yang sarapan disana. Tak lain dan tak bukan ya karena murah dan enak (cukup buat nganjal perut). Satu nasi bungkus dan sayur (layaknya Sego Kucing) namun lebih banyak sedikit cuma Rp 500,- saja mau gorengan ada tempe dan bakwan cuma Rp 200,-.
Mbah To seh sudah tua, mungkin klu dilihat usianya saat ini sudah lebih dari 80 th tetapi tetap sehat dan sepertinya jarang sakit. Waktu dulu masih sering lewat depan warung/rumahnya hampir bisa dikatakana jarang sekali ada istilah “Tutup”.
Rumah yang dia pakai sekaligus untuk warung, tidak besar wong cuma sekitar 3×6 meteran berada di samping Pos Ronda Pedes.
[ad#panjang]
Pas kemarin (3 Januari 2008) mungkin sudah ada 8 Tahun tidak mapir kesana, saya tereran-heran kenapa?? Harga jajanan tidak berubah tetap Rp 500,- dan Rp 200,-. Saya dan Istri saya da mungkin juga Ibnu kecil bertanya, apa tidak Rugi? terus apa yang dicari dari jaulan?
kami datang masih tetap dimabut dengan senyum “ala simbah”, beli Rp 20.000,- Rp 2000,- gorenganpun masih tetap di kasih bonus “satu”, dan mungkin bonus “dua” sebenranya. Karena yang satu langsung dikasihkan ke “Ibnu”, sayang Ibnu belum doyan sama Gorengan. Jadi ya terpaksa “kam total” dengan halus.
Akhirnya kami tetap berpamitan dan masih ada pertanyaan yang ada di kami : Kog bisa ya masih Rp 500,- dan Rp 200,- (dengan banyak hal yang tidak berubah) padahal sudah 8 tahun?
Semoga tetap sehat saja Mbah To (yang belum kenal Internet), doa dari kami.
kami datang masih tetap dimabut dengan senyum “ala simbah”, beli Rp 20.000,- Rp 2000,- gorenganpun masih tetap di kasih bonus “satu”, dan mungkin bonus “dua” sebenranya. Karena yang satu langsung dikasihkan ke “Ibnu”, sayang Ibnu belum doyan sama Gorengan. Jadi ya terpaksa “kam total” dengan halus.
Akhirnya kami tetap berpamitan dan masih ada pertanyaan yang ada di kami : Kog bisa ya masih Rp 500,- dan Rp 200,- (dengan banyak hal yang tidak berubah) padahal sudah 8 tahun?
Semoga tetap sehat saja Mbah To (yang belum kenal Internet), doa dari kami.