Di episode Sobat Pait yang diinisiasi oleh PWI Kabupaten Sleman, suasana pagi yang sejuk di restoran Sajian Kembang Turi, Kalurahan Donokerto, Kapanewon Turi, menjadi tempat berlangsungnya perbincangan santai namun penuh inspirasi bersama dua tokoh perempuan luar biasa: Ibu Suwardini dan Ibu Arum Kurniasari.
Keduanya merupakan dukuh—jabatan yang di banyak tempat masih identik dengan laki-laki. Namun, mereka hadir sebagai “Srikandi Dusun” yang membuktikan bahwa perempuan mampu memimpin, merangkul warga, dan menghadapi tantangan yang kompleks dengan keteguhan hati.
Dipandu oleh Eko Purwono, obrolan ini mengangkat pengalaman, suka duka, hingga inovasi yang mereka lakukan untuk memajukan wilayah masing-masing.
Dukuh Suwardini: 16 Tahun Mengabdi, Dipilih Lewat Coblosan
Ibu Suwardini, Dukuh Karang Bajang, Telogo Melati, Sleman, sudah mengemban amanah sejak tahun 2010. Berbeda dengan beberapa proses pemilihan dukuh saat ini, beliau terpilih melalui sistem coblosan.
Suka: Gotong Royong & Kebersamaan
Baginya, hal paling membahagiakan adalah kepercayaan dari warga. Ia merasa dapat berperan langsung dalam membangun pedukuhan bersama masyarakat. Gotong royong, kekeluargaan, dan silaturahmi menjadi aspek yang ia nikmati dalam menjalankan tugas.
Duka: Karakter Warga Beragam
Sebagai pemimpin masyarakat, tidak semua warga bersikap mendukung. Ada yang mencela, mengkritik, hingga meragukan kemampuannya sebagai perempuan. Namun ia menegaskan:
“Yang kontra harus dirangkul dulu. Kita tidak boleh patah semangat.”
Bahkan empat calon lain yang dulu menjadi saingannya dirangkul dan diberi peran strategis seperti RT dan ketua kelompok. Tidak ada permusuhan, yang ada justru persatuan untuk membangun dusun.
Pemimpin Perempuan dan Batasan
Menurutnya, tugas dukuh perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda. Hanya satu yang ia batasi:
- Keluar malam di luar wilayah padukuhan.
Namun dalam kegiatan internal padukuhan—ronda, pertemuan warga, takziah—semua tetap ia jalankan.
Dukuh Arum Kurniasari: Baru 1 Tahun Menjabat, Lolos Melalui Seleksi
Berbeda dari Ibu Suwardini, Ibu Arum menjabat sebagai Dukuh Sendang Sendari, Kalurahan Tirtoadi, melalui proses seleksi yang melibatkan pihak independen dari universitas.
Proses Seleksi yang Ketat
Dari empat calon (dua laki-laki dan dua perempuan), nilai tertinggi berhasil diraih Ibu Arum. Ia lalu dipercaya memimpin dusun meskipun bukan asli warga setempat, melainkan ikut suami tinggal di sana.
Tantangan: Pelayanan 24 Jam
Tugas dukuh sepenuhnya melekat, bahkan di luar jam kerja.
Pernah tengah malam pukul 00.30 ia digedor warga untuk meminta bantuan atau menyampaikan masalah.
Masalah yang sering muncul:
- Lelayu (warga meninggal) — kapan pun harus siap.
- Konflik antar tetangga.
- Masalah rumah tangga.
Peran Keluarga
Walau tugas berat, ia terbantu karena memiliki pasangan yang kompak. Pembagian tugas rumah tangga dilakukan bersama. Namun untuk (tugas resmi), dukuh harus tetap hadir sendiri.
Tantangan Besar: COVID-19 dan Proyek Strategis Nasional (Tol)
Ibu Suwardini mengungkap dua fase tersulit selama menjabat:
1. Pandemi COVID-19
Guyub-rukun warga sempat terganggu. Ada warga yang paham kondisi pandemi, ada yang tidak, sehingga muncul perbedaan pandangan.
2. Proyek Jalan Tol
Di wilayahnya ada warga yang lahannya terdampak proyek strategis nasional. Tantangan yang dihadapi:
- Perbedaan pendapat antarwarga.
- Proses pemberkasan yang rumit.
- Harga ganti untung yang tidak seragam.
- Tanah warisan yang rumit administrasinya.
Namun semua dapat diselesaikan melalui komunikasi intens, hingga akhirnya warga bisa menerima dan situasi kembali kondusif.
Potensi Pedukuhan Sendari: Kerajinan Bambu & Pemberdayaan Ibu-Ibu
Ibu Arum menceritakan potensi Sendari yang sudah dikenal luas, yaitu:
1. Sentra Kerajinan Bambu
Sendari sejak lama menjadi pusat kerajinan bambu. Kini semakin berkembang karena banyak pengrajin muda dari luar ikut belajar dan bergabung. Ada pula paguyuban pengrajin bambu yang aktif.
2. KWT (Kelompok Wanita Tani)
KWT di Sendari memanfaatkan:
- Lahan pekarangan rumah,
- Lahan bersama,
- Edukasi budidaya tanaman.
Tujuan utamanya adalah ketahanan pangan keluarga.
3. Bank Sampah Sendari
Bank sampah sudah berjalan beberapa tahun dan menjadi bagian penting dalam pengelolaan lingkungan.
Perempuan, Pemimpin, dan Penggerak Masyarakat
Dari obrolan bersama dua dukuh perempuan ini, ada beberapa pesan penting:
- Perempuan mampu menjadi pemimpin masyarakat dengan baik.
- Tugas dukuh tidak mengenal waktu—harus siap 24 jam.
- Kepemimpinan harus merangkul semua pihak, termasuk yang tidak mendukung.
- Inovasi dan pemberdayaan masyarakat adalah kunci kemajuan dusun.
- Peranan keluarga sangat penting dalam mendukung tugas dukuh perempuan.
Kisah Ibu Suwardini dan Ibu Arum Kurniasari adalah bukti nyata bahwa perempuan memiliki peranan besar dalam pembangunan desa. Mereka adalah contoh pemimpin yang tegas, sabar, dan mampu merangkul masyarakat dengan hati.
Obrolan ini tidak hanya menginspirasi perempuan untuk berani tampil sebagai pemimpin, tapi juga mengingatkan bahwa kemajuan desa berawal dari ketulusan pengabdian.